PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID DAN MEMBANTU MENCAPAI HASIL BELAJAR YANG OPTIMAL


 


PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Menurut Tomlinson (2000) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Pembelajaran berdiferensiasi bisa diartikan sebagai serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Atau dalam definisi lain pembelajaran berdiferensiasi merupakan ragam pembelajaran yang di rancang untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan belajar murid dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.

    PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID        DAN MEMBANTU MENCAPAI HASIL BELAJAR OPTIMAL

Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasi pembelajaran berdiferensiasi seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi sangat cocok diterapkan karena memiliki konsep untuk memenuhi kebutuhan belajar murid untuk mencapai hasil belajar yang optimal, yaitu:

(1)   Pembelajaran berdiferensiasi bersifat proaktif, di dalam kelas yang berdiferensiasi guru memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, maka dari itu guru secara proaktif akan merencanakan berbagai macam cara atau teknik untuk memenuhi kebutuhan murid tersebut.

(2)   Pembelajaran berdiferensiasi lebih menekankan pada kualitas, bukan kuantitas. Pembelajaran berdiferensiasi sering di asumsikan dengan memberikan lebih banyak tugas untuk dikerjakan siswa, sementara siswa yang lain diberikan tugas lebih sedikit. Sebagai contoh, guru memberikan 30 soal bagi siswa yang lebih pintar fisika, sementara yang memiliki kemampuan kurang diberikan 5 soal. Walaupun secara rasional dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar, namun itu tidak efektif. Hal tersebut di karenakan, pemberian soal yang lebih banyak bagi siswa yang lebih mahir matematika, itu tidak hanya tidak mengatasi masalah namun terkesan memberikan hukuman. Siswa yang sudah bisa mendemostrasikan pemahaman mereka pada sebuah konsep perkalian, misalnya, harusnya sudah siap berhenti berlatih tentang konsep tersebut dan beralih ke ketrampilan selanjutnya. Jadi diferensiasi bukan dengan menambah jumlah tugas yang sejatinya tidak efektif.

(3)   Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada penilaian, dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian bukanlah sesuatu yang mendominasi pada akhir sesi pembelajaran, namun penilaian secara rutin dilakukan pada awal untuk menentukan kebutuhan khusus individu terkait dengan tujuan. Penilaian juga berlangsung sepanjang proses pembelajaran dengan berbagai macam tehnik, guru menilai siswa berdasarkan tingkat kesiapan, minat dan cara belajarnya, kemudian guru mendesain pengalaman belajar yang bisa mendukung pemahaman. Penilaian akhir dilakukan guru sebagai bahan atau cara siswa mendemonstrasikan pemahaman terhadap apa yang telah siswa pelajari.

(4)   Pembelajaran Berdiferensiasi menyediakan berbagai macam variasi strategi pada konten, proses dan produk. Dengan memvariasikan ketiga bagian ini dalam proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan belajar setiap murid, maka murid dapat mencapai kemerdekaan dan kesuskesan dalam belajarnya.

(5)   Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered. Hal ini dikarenakan pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada pemenuhan kebutuhan belajar setiap individu, sehingga bisa belajar sesuai dengan profil belajar, minat dan juga kesiapannya, dan guru berperan melakukan pembimbingan dengan memvariasikan scaffolding atau bantuan belajar sesuai dengan kebutuhan belajar setiap siswa tersebut.

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:

(1)   Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi serta memastikan setiap murid mengetahui selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

(2)   Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas bagi guru dan murid. Dengan mendefiniskan tujuan pembelajaran secara jelas bagi guru dan juga murid maka akan memudahkan siswa mencapai tujuan yang diharapkan serta memudahkan guru mendesain strategi diferensiasi yang tepat.

(3)   Penilaian yang berkelanjutan, mencakup penilaian yang dilakukan dari awal, sepanjang proses dan akhir proses pembelajaran dan bagaimana guru menggunakan informasi dari proses penilaian formatif sebagai panduan meannentukan mana siswa yang masih tertinggal dan yang sudah untuk mencapai target.

(4)   Bagaimana merespon kebutuhan belajar berkaitan dengan penyesuaian rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Misalnya, apakah perlu menggunakan sumber atau resources, atau penugasan atau penilaian yang berbeda.

(5)   Manajemen kelas yang efektif. Manajemen kelas yang efektif sangat berperan penting dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Guru berperan penting dalam hal tersebut dengan merencanakan, memperhatikan, membangkitkan minat, dan memelihara perilaku siswa dalam belajar.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi harus memetakan kebutuhan belajar murid yang meliputi:

(1)   Kesiapan belajar

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk     belajar     yang     tepat     di     kelas     Anda.     Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).

(2)   Minat

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut: (a) membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar, (b) mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; (c) menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan; (d) meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara   yang   menarik   atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan: (a) menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan- kejutan, dsb), (b) menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, (c) mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, (d) menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).

(3)   Profil belajar murid.

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

Strategi merupakan hal penting yang perlu digunakan dalam pembelajaran diferensiasi, meliputi:

(1)  Diferensiasi konten. Diferensiasi konten mencakup materi yang harus dipelajari murid atau bagaimana murid akan mengakses kontent tersebut. Diferensiasi konten berdasarkan kesiapan, misalnya, saat siswa yang masih tahap belajar secara konkret, maka guru perlu menyediakan media manipulatif. Diferensiasi konten berdasarkan minat siswa dapat dilakukan dengan cara misalnya, saat guru mengajar teks narasi, guru dapat menyediakan berbagai teks dengan topik yang sesuai dengan minat murid. Dan Diferensiasi berdasarkan profil belajar misalnya murid dapat mengakses konten atau materi ajar sesuai dengan gaya belajar, misalnya yang visual, materi dapat diberikan dalam bentuk gambar, sedangkan yang auditory, bisa dalam bentuk audio.

(2)  Diferensiasi proses. Mengacu pada bagaimana murid memahami materi yang dipelajari. Diferensiasi proses, dapat dilakukan dengan cara:

a)   menggunakan kegiatan yang berjenjang, dimana semua murid membangun pemahaman dan ketrampilan yang sama, namun dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, kompleksitas atau bantuan yang berbeda.

b)   murid diberikan pertanyaan pemandu yang diberikan sesuai dengan minatnya maupun level kemampuan, dengan membuat sudut minat di kelas, murid bisa diberikan berbagai pertanyaan terkait minatnya.

c)   membuat agenda individual untuk murid, misalnya, guru membuat daftar tugas yang berisi pekerjaan umum untuk seluruh kelas, maupun daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid.

d)   memvariasikan lama waktu yang siswa dapat ambil dalam menyelesaikan tugas, untuk memberikan dukungan tambahan bagi, atau mendorong murid yang cepat agar bisa mengejar topic secara lebih mendalam.

e)   mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar, visual,auditory dan kinestetik.

f)   menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan , dan minat.

(3)  Diferensiasi Produk. Mengacu pada hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh murid, bersifat tangible atau ada wujudnya, misalnya dalam bentuk, karangan, tulisan, pertunjukan, presentasi, pidato, hasil tes, diagram, rekaman, dan sebagainya. Yang terpenting produk, mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Diferensiasi produk meliputi 2 hal yaitu

a) memberikan tantangan dan keragaman atau variasi.

b) memberikan murid pilihan bagaimana mengekspresikan pemahaman terkait materi yang diajarkan.

 MENGAPA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PENTING

Sebagai seorang guru kita harus memahami perbedaan murid karena setiap murid adalah unik, memiliki latar belakang dan minat yang berbeda. Setiap murid juga belajar dengan kecepatan belajar yang berbeda baik dari segi tingkat dan kecepatan, maupun tingkat kesiapan belajar yang berbeda, Setiap murid juga memiliki perbedaan cara berpikir, ada yang sudah berpikir lebih konkret, namun ada juga yang sudah berpikir abstrak, ada yang sudah mampu mandiri dalam belajar namun ada juga yang belum mampu mandiri dan masih butuh banyak bantuan. Jadi jelas, tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, dengan memetakan kebutuhan belajar murid, maka kita bisa memvariasikan strategi dalam pembelajaran, dan memvariasikan bantuan atau scaffolding yang diberikan kepada murid.

Sebuah kelas yang berdiferensiasi haruslah didukung oleh komunitas belajar, dimana guru memimpin murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap, kepercayaan dan praktek-praktek yang mengembangkan komunitas belajar. Ciri- ciri komunitas belajar yang efektif menurut Tomlinson (2001), yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi yaitu:

a. Iklim kelas yang mendukung, dimana semua orang dalam kelas disambut dengan baik.

b. Setiap orang dalam kelas saling menghargai.

c. Murid akan merasa aman, baik secara fisik maupun psikis.

d. Ada harapan bagi pertumbuhan siswa sehingga potensi anak bisa berkembang optimal.

e. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan.

f. Ada keadilan dalam bentuk nyata, dengan memastikan setiap kebutuhan belajar siswa terpenuhi.

g. Guru dan siswa berkolaborasi atau bekerjasama untuk kesuksesan bersama.

KAITAN   PEMBELAJARAN  BERDIFERENSIASI   DENGAN   MODUL 1 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK.

(1)  Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara Modul 1.1

Menurut Ki hadjar Dewantara, setiap anak adalah makhluk yang memiliki kodrat masing-masing didalam dirinya, dan pendidikan berperan penting dalam menuntun anak untuk mencapai kekuatan kodratnya. Pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Ada beberapa nilai utama dari filosofi KI Hadjar yang berkaitan dengan pembelajaran berdiferensaisi

Ki Hadjar menekankan peran guru dalam pendidikan sebagai penuntun anak didik dengan menggunakan Sistem among yang menuntun anak didk berkembang sesuai kodratnya dengan istilah yang Ki Hadjar gunakan yaitu “menghamba pada sang anak” yang diartikan menuntun anak didik dengan penuh kasih sayang agar anak bisa berkembang sesuai kekuatan kodratnya. Dalam pembelajaran berdiferensiasi peran guru sangat berperan penting dalam mengakomodasi kebutuhan belajar murid yang beraneka ragam, dengan mencipatakan lingkungan belajar yang mendukung anak anak berkembang sesuai kekuatan kodratnya.

Trilogi pendidikan ini adalah: tut wuri handayani , ing madya mangun karsa , ing ngarsa sung tulada. Ketiga nilai ini merupakan landasan penting guru dalam menjalankan perannya agar bisa memaksimalkan strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap muridnya.

(2)  Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak modul 1.2

Nilai-nilai guru penggerak yang meliputi nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan nilai yang berpihak pada murid, merupakan modal utama seorang guru yang harus dimiliki, sehingga dengan nilai-nilai tersebut seorang guru penggerak diharapkan mampu mengemban peran guru penggerak yang salah satunya adalah menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus memfokuskan pada pembelajaran yang berpihak pada murid dengan secara mandiri, reflektif, kolaboratif, dan berinovasi dalam mendesain dan menerapkan ragam variasi strategi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap muridnya.

 

(3)  Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Visi Guru Penggerak modul 1.3

Dalam mewujudkan visi dapat dilakukan melalui sebuah pendekatan perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah yang tentunya membutuhkan waktu dan dilakukan bertahap. Pendekatan yang digunakan adalah Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Inkuiri Apresiatif berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap stakeholder di sekolah dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Bila sekolah lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan SDM dipastikan akan meningkat dan berkembang secara berkelanjutan. Peingkatan Kekuatan SDM dalam hal ini guru sangat membantu dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi yang baik di sekolah

(4)  Keterkaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan budaya positif modul 1.4

Penerapan budaya positif di dalam ruang kelas terutama disiplin positif, membuat kesepakatan kelas dan menerapkan kontrol guru manager, maka akan dapat mewujudkan terbentuknya komunitas belajar yang mendukung ekosistem belajar yang berdiferensiasi. Dengan menjadikan pemetaan kebutuhan belajar murid sebagai sebuah rutinitas yang selalu dilakukan guru, sehingga bisa mewujudkan variasi strategi dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, dan konsistensi pembelajaran berdiferensiasi bisa terus di lakukan.

 

KESIMPULAN

1. Pembelajaran berdiferensiasi sangat erat kaitannya pada proses pembelajaran yang berpihak pada murid, sesuai dengan filosofi KHD.

2. Nilai yang melekat pada guru yaitu mandiri, reflektif, inovatif,kolaboratif, dan berpihak pada murid merupakan komponen-komponen utama dalam mewujudkan pembelajaran.

3. Visi yang berpihak pada murid, akan membawah kita pada pembelajaran berdiferensiasi sesuai kebutuhan murid.

4. Pembelajaran diferensiasi merupakan bagian dari budaya positif